Sunday, October 14, 2012

ARiend Adhe Safitri




" Dia bidadari bumi, tapi senyumannya mampu menggores sang hati ini
Hembusan nafasnya seindah hembusan angin surga
Bukan nafsu tapi cinta ini menerjemahkan keberadaanku di dunia "




" Kaulah Bidadari dengan sejuta keindahan, menggetarkan sang hati yang rindu akan kedamaian "
\


" Rasa hati menerjemahkan sebuah ilusi
ilusi yang tidak pernah berhenti mengusik mimpi
ku tak bisa terbangun sebelum mendengar suara hati yang hakiki
menjadi sinar menerangi dada di dalam ruhani "

" Kulihat dirimu disana dengan sayapmu
Sayapmu yang anggun membuat aku termenung
Terlalu egois bagiku untuk mematahkan sayapmu untuk hidup bersamaku "

" Hatiku takakan pernah berubah
Jika kau lelah, kumohon
datanglah kepadaku. aku slalu disini untukmu wahai bidadariku "


Ngos-ngosan 150 Detik Bisa Bakar Lemak untuk Sepanjang Hari


Sudah olahraga berjam-jam tiap hari, tetapi berat badan tidak turun-turun atau hanya turun sedikit? Itu berarti strateginya salah. Asal tahu caranya, ngos-ngosan 150 detik saja sudah bisa bikin timbunan lemak terbakar sepanjang hari.

Kebanyakan orang membayangkan olahraga ringan dengan durasi panjang akan memberikan efek yang sama dengan olahraga berat dalam waktu singkat. Kenyataanya tidak selalu demikian, ada banyak faktor yang mempengaruhi termasuk teknik dan tujuan olahraga itu sendiri.

Kalau tujuannya hanya ingin bugar, olahraga ringan yang dilakukan agak lama akan memberikan manfaat yang lebih optimal. Namun jika ingin menurunkan berat badan, jangan harap semua lemak akan terbakar hanya dengan lari-lari kecil walaupuan sampai ngos-ngosan.

Menurut penelitian di Colorado State University, teknik interval training atau latihan interval paling cocok jika tujuannya adalah membakar lemak. Prinsipnya adalah melakukan gerakan yang sangat berat sampai ngos-ngosan dalam waktu singkat, namun efek pembakaran lemaknya bertahan lebih lama.

Total latihan yang dilakukan dalam penelitian ini hanya 150 detik atau 2,5 menit, namun jumlah kalori yang dihasilkan dari pembakaran lemak bisa 840 kj lebih banyak dibanding latihan biasa. Proses pembakarannya bertahap, berlangsung sepanjang hari.

Dalam penelitian tersebut, olahraga berat yang dilakukan para partisipan adalah mengayuh sepeda statis sekencang mungkin selama 5 x 30 detik atau kalau ditotal jadi 150 detik. Masing-masing sesi diberi jeda interval selama 4 menit, sehingga disebut latihan interval.

"Membakar ekstra kalori sebanyak 840 kj dari olahraga semacam ini sebanyak beberapa kali dalam sepekan bisa mencegah kegemukan seperti yang dialami banyak orang Amerika tiap tahunnya," kata Kyle Sevits yang terlibat dalam penelitian ini, seperti dikutip dari Health24, Jumat (12/10/2012).

Mau Otak Tetap Encer? Belajar Bahasa Saja!


Sama halnya dengan organ tubuh lainnya, otak juga akan mengalami proses penuaan dan penurunan kemampuan kognitif. Beruntung para ilmuwan telah menemukan sejumlah cara untuk memperlambat kondisi ini, salah satunya dengan mempelajari bahasa baru.

Studi baru dari Lund University, Swedia ini membuktikan bahwa mempelajari bahasa baru tak hanya membuat kemampuan otak seseorang tak mudah turun tapi juga menyebabkan beberapa bagian otak terus tumbuh.

Untuk memperoleh kesimpulan itu, peneliti membandingkan kondisi otak tentara rekrutan baru dari Swedish Armed Forces Interpreter Academy dengan mahasiswa kedokteran dan ilmu kognitif dari Lund University.

Lalu para tentara baru ini diminta mempelajari berbahasa Arab, Rusia dan Dari (Afghanistan) dalam waktu 3 bulan kendati kesemuanya belum pernah belajar ketiga bahasa itu sama sekali, sedangkan partisipan mahasiswa diminta belajar lebih keras meski tidak mempelajari bahasa asing apapun. Kedua kelompok juga menjalani scan MRI sebelum studi dan tiga bulan setelah studinya rampung.

Hasilnya, struktur otak kelompok mahasiswa tidak mengalami perubahan sama sekali, sebaliknya beberapa bagian spesifik pada otak kelompok tentara mengalami pertumbuhan.

Bagian-bagian yang tumbuh itu adalah hippocampus (bagian otak dalam yang terlibat dalam proses pembelajaran hal-hal baru dan navigasi spasial) dan tiga bagian otak di dalam cerebral cortex, terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa yaitu superior temporal gyrus.

"Kami sangat terkejut ada beberapa bagian otak yang tumbuh, meski itu bergantung pada seberapa baik performa proses pembelajaran partisipan dan seberapa besar upaya mereka untuk konsisten melakukannya," terang peneliti Johan Martensson yang juga seorang mahasiswa doktoral.

Seperti dugaan sebelumnya, partisipan yang pertumbuhan hippocampus dan beberapa bagian cerebral cortex-nya lebih besar diketahui memiliki keterampilan berbahasa yang lebih baik ketimbang partisipan lainnya. Bahkan pada partisipan yang belajar bahasa lebih keras, pertumbuhan otaknya pun terlihat lebih besar, terutama di bagian motorik dari cerebral cortex-nya (middle frontal gyrus).

"Kendati mungkin kami tak bisa membandingkan hasil studi bahasa secara intensif yang dilakukan partisipan selama tiga minggu dengan kemampuan seseorang yang seumur hidupnya menggunakan dua bahasa (bilingual) tapi temuan ini kembali membuktikan bahwa belajar bahasa merupakan cara yang baik untuk membuat otak tetap cemerlang," pungkas Martensson seperti dilansir dari psychcentral, Jumat (12/10/2012).

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal NeuroImage.

Thursday, October 11, 2012

Kelainan Endokrin



  1. Kelainan Hipotalamus dan kelenjar pituitaria (hipofisis)
Kelenjar pituitaria anterior berasal dari kantong Rathke sebagai invaginasi endoderma oral, yang kemudian lepas dari epitelium oral dan menjadi struktur sel yang berproliferasi dengan cepat.
Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.sela tursika melindungi hipofisa tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior (belakang).
hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:
• kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
• laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
• pertumbuhan seluruh tubuh.
adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:
• mengatur keseimbangan air
• merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
• merangsang kontraksi rahim.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas kelenjar target.Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. pada wanita, kadar lh (luteinizing hormone) dan fsh (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang bervariasi.
Fungsi hipofisa anterior.
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. bagian ini melepaskan hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.
Jika hormon yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
salah satu hormon yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (acth, adenocorticotropic hormone), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik).
tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.tsh (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.terlalu banyak tsh menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit tsh menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon tiroid (hipotiroidisme).
2 hormon lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah lh (luteinizing hormone) dan fsh (follicle-stimulating hormone). keduanya merupakan gonadotropin, berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar.pada wanita, kedua hormon ini merangsang pembentukan estrogen dan progesteron serta merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur.pada pria, merangsang buah zakar untuk menghasilkan testosteron dan fsh merangsang pembentukan sperma.salah satu hormon terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah hormon pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur metabolisme.
hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak, merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak.
efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah.kedua efek tersebut sangat penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.Bersamaan dengan kortisol, hormon pertumbuhan membantu mempertahankan kadar gula darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.Pada berbagai kasus, hormon pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin (igf-1, insulin-klike growth factor).
fungsi lobus posterior.
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan oksitosin.sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target. hormon antidiuretik (disebut juga vasopresin) meningkatkan penahanan air oleh ginjal. hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.
jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati asma dan emfisema).alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon antidiuretik. kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
kadang hormon antidiuretik diproduksi secara berlebihan, misalnya pada siadh (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone). pada siadh, kadar hormon antidiuretik terlalu tinggi sehingga tubuh menahan air dan kadar beberapa elektrolit dalam darah (misalnya natrium) menurun. sindroma ini terjadi pada penderita gagal jantung dan penderita penyakit hipotalamus.kadang hormon antidiuretik dibuat diluar hipofisa, terutama oleh beberapa kanker paru-paru. karena itu jika ditemukan kadar hormon antidiuretik yang tinggi, selain dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi kelenjar hipofisa, juga dilakukan pemeriksaan terhadap kanker. oksitosin menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan untuk mencegah perdarahan.oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
hormonorgan target
hormon antidiuretikGinjal
Beta-melanocyte stimulating hormoneKulit
kortikotropinKelenjar adrenal
endorfinOtak
enkefalinOtak
fshindung telur atau buah zakar
hormon pertumbuhanotot & tulang
lhindung telur atau buah zakar
oksitosinrahim & kelenjar susu
prolaktinKelenjar susu
tshKelenjar tiroid
Hormon hipofisis diproduksi oleh 2 bagian :
•     Bagian depan (adenohipofisis) menghasilkan hormon gonadotropin, kotikotropin, tirotropin, somatropin dan prolaktin
•     Bagian belakang (neurohipofisis) menghasilkan hormon oxitosin dan vasopresin
Hormon hipofisis bagian depan (adreno-hipofisis)
•     Gonadotropin (hormon gonadotrop),sekresinya diatur oleh hormon
•     Hipotalamus. Gonadotropin terdiri dari 2 jenis hormon :
o    Fsh (follicle stmulating hormones), berfungsi merangsang perkembangan
o    Folikel di ovarium dan merangsang produksi air mani (spermatozoa) di testes
lh (luteinic hormones), berfungsi merangsang pembentukan corpus luteum dari folikel yang sudah masak, produksi estrogen dan progesteron di ovarium
•     Kortikotropin (hormon kortikotrop) atau acth = adreno cortico tropic hormone), berfungsi merangsang produksi kortisol dan hormon-hormon kelamin
•     Tirotropin (hormon tirotrop) atau tsh = tirotrope stimulating hormones. Berfungsi merangsang produksi tiroksin oleh kelenjar tiroid
•     Somatropin (somatropine hormone = sth), disebut juga hormon pertumbuhan atau gh = growth hormone, karana berfungsi mengatur pertumbuhan umum dan jaringan
•     Prolactine (hormon luteotrop = lth), berfungsi merangsang memproduksi dan sekresi air susu
Hormon hipofisis bagian belakang (neuro-hipofisis)
•     Oksitosin (hormon oxytosin) :
•     Hormon ini diproduksi oleh hipotalamus dan dikirim ke hipofisis
•     Lalu hormon ini disekresi oleh hipofisis bagian balakang
•     Berfungsi untuk merangsang kontraksi rahim dan produksi laktasi di mammae
Vasopresin (hormon vasopresin) atau adh = anti diuretic hormones,hormon ini diproduksi oleh hipotalamus dan dikirim ke hipofisis lalu hormon ini disekresi oleh hipofisis bagian belakang berfungsi untuk mencegah atau menghambat ekskresi (pengeluaran) air atau urine yang berlebihan oleh ginjal
  1. Hipopituitarisme
Status hipopituitaria yang dihubungkan dengan defisiensi hormone pertumbuhan ( growth hormone ). Anak ynag terkena memiliki fenotip bersama gangguan pertumbuhan yang secara spesifik dikoreksi dengan penggantian GH.
ETIOLOGI
Defek congenital, hypoplasia kelenjar pituitaria bias terjadi sebagai fenomena tersendiri atau bersama dengan kelainan perkembnagn yang lebih luas, seperti an – ensefali, holoprosensefali ( yaitu siklopia, sebosefali, hipotelorisme orbita ), dan displasia septo optic ( sindrom de morsier ).Pada sindrom Hall – Pallister, tidak adanya kelenjar pituitaria dikaitkan dengan hemartoblastoma hipotalamus, polidaktili postaktial, displasia kuku, epiglottis bifida, anus imperforata, dan anomali jantung, paru – paru dan ginjal.
Hipoplasia kelenjar pituitaria dengan anensefali telah lama diketahui, tetapi observasi baru menunjukkan bahwa hipoplasia dapat merupakan akibat defek hipotalamus.
Dengan hormone pelepas hipotalamik dimungkinkan menentukan apakah defek hipotalamus. Defisiensi GH terjadi pada 4% penderita dengan celah bibir atau celah palatum dan 32% diantara mereka juga mewakili perawakan pendek.Anomali wajah tengah atau penemuan insisivus maksila sentral soliter menunjukkan kemungkinan besar adanya defisiensi GH.
Hipoplasia saraf optic bilateral atau unilateral sering dikaitkan dengan hipopituitarisme. Bila ia terkait juga dengan tidak adanya septum pellusidum, kondisinya dikenal sebagai diplasia septo optic. Fundusnya menunjukkan discus hipoplastik dengan tepi ganda khas dan pembuluh darah retina jarang. Defisiensi multiple kelenjar pituitary paling sering melibatkan GH saja, tetapi defisiensi multiple kelenjar pituitary, termasuk diabetes insipidus, bias terjadi defejnya terletak terutama pada hipotalamus. Kelambatan dalam pertumbuhan linier bias mulai seawall umur 3 bulan atau dapat tidak diketahui sebelum berumur 3 – 4 tahun.
Bayi baru lahir yang terkena sering menderita apnea, hipotonia, dan kejang – kejang, ikterus yang lama, hipoglikemia tanpa hiperinvolinisme, dan ( pada laki – laki ) mikrosefalus
a.         Hipoglikemia
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada masa neonatal. Gejala sulit dikenali pada bayi, pengawasan rutin diindikasikan pada bayi dengan resiko tinggi. Jika hipoglikemia dibiarkan terus terjadi, dapat terjadi kerusakan neurologist permanent. Hal ini kemudian menyebabkan palsi serebral, masalah belajar, dan epilepsy. Pada anak yang pingsan, diberikan infuse dekstros. Pemeriksaan penunjang yang dibuutuhkan kompleks.
Penyebab hipoglikemia adalah karena hormonal ( insulin berlebih dan kekurangan kortisol misalnya hyperplasia adrenal congenital ), dank arena metabolic ( hipoglikemia ketokik, penyakit hati, kelainan penyimpanan glikogen, galaktosemia, kesalahan metabolisme intrinsic lainnya).
b.         Defisiensi Hormon Pertumbuhan
Defisiensi hormone pertumbuhan ( growth hormone / GH) merupakan penyebab gagal tumbuh yang sering dijumpai, namun penting diketahui. Mungkin berdiri sendiri, atau berhubungan dengan defisiensi hormone hipofisis lain. Kadang sekunder akibat lesi intracranial.
Diagnosis tergantung pada ketiadaan respons terhadap stimulasi sekresi hormone pertumbuhan. Tes ini dikombinasikan dengan penilaian hormone lain. Sekresi GH distimulasi dengan klonidin atau glukagon dan dapat diambil sample darah setelah beberapa jam.
Suntikan GH manusia dapat diberikan dibawah supervise ahli pengawasan ketat. GH juga telah digunakan untuk menterapi anak dengan poatur pendek tanpa defisiensi ( misalnya sindrom Turner, akondroplasia). Penyakit Creutzfeldt-jakob dapat terjadi pada sejumlah kecil anak yang diterapi GH pada waktu masih menggunakan GH cadaver pad atahun 1958 hingga 1985.
c.         Pemborosan Garam otak
Anak dengan kerusakan system saraf sentral kronis atau akut dapat terjadi sindrom pemborosan garam tersendiri. Kelainan ini dikaitkan dengan trauma kepala, pembedahan system saraf sentral, tumor, atau meningitis. Anak ini , tidak seperti anak dengan SIADH, menderita hipovolemia, angka aliran urin berlebihan pada waktu mendapat cairan rumatan, hilangnya sejumlah besar natrium, dan kadar ADH plasma yang menurun. Kadar hormone natriuretik ( natriuretik hormone / ANH ) meningkat, tetapi kadar renin dan aldosteron plasma menurun; hal ini menujukkan bahwa sindrom disebabkan oleh sekresi ANH yang tidak tepat. Terapi terdiri dari penggantian urin yanghilang per volume denagn larutan natrium klorida 0,9% atau 3%. Keadaannya biasanya membaik tetapi dapat kuamt, dan pada beberapa keadaan menetap.
  1. Diabetes insipidus
Penyakit yang jaran terjadi ini disebabkan kegagalan hipotalamus memproduksi hormone antidiuretik ( antidiuretic Hormon / ADH ) dalam jumlah yang mecukupi atau kegagalan tubulus ginjal memberikan respon terhadap ADH ( diabetes insipidus nefrogenik). Anak merasa sangat haus dan terdapat pengeluaran urin encer dengan osmolalitas rendah dalam volume besar. Selalu terdapat risiko kekurangan cairan berat, terutama dalam cuaca panas.
Defisiensi ADH dapat disebabkan oleh tumor otak, kista, kerusakan vaskuler, dan meningitis. Diberikan terapi penggantian ADH. Diabetes insipidus nefrogenik disebabkan oleh gen terkait X sehungga hanya terjadi pada laki – laki.
  1. Hiperpituitarisme
Hipersekresi hormone kelenjar pituitaria , yaitu keadaan dimana adanya defisinsi organ sasaran memberikan penurunan umpan balik hormonal, seperti pada hipogonadisme atau hipogonadisme atau hipoadrenalisme primer. Pada hipotiroidisme primer, hiperfungsi dan hyperplasia kelenjar pituitari dapat memperbesar dan mengikis sella serta kadang – kadang, meningkatkan tekanan intracranial. Perubahan – perubahan demikian tidak boleh dirancukan dengan tumor kelenjar pituitari primer; perubahan – perubahan ini hilang hilang bila keadaan tiroid yang mendasari diobati. Hiperplasia kelenjar pituitari juga terjadi karena respons terhadap stimulasi oleh produksi ektopik hormone pelepas seperti yang kadang – kadang ditemukan pada penderita dengan sindrom cushing, akibat kelebihan hormone pelepasan kortikotropin, atau pada anak dengan akromegali akibat hormone pelepas kortikotropin, atau pada anak dengan akromegali akibat hormone pelepas – hormone pertumbuhan ( GHRH ) yang dihasilakan oleh berbagai tumor sistemik.
Hipersekresi hormone kelenjar pituitari primer oleh adenoma dugaan atau terbukti jarang pada masa anak. Tumor kelenjar pituitaria yang terbukti jarang pada masa anak. Tumor kelenjar pituitaria yang paling sering ditemukan adalah tumor yan mensekresikan kortikotropin, prolaktin, atau hormon pertumbuhan ( GH ).
Hemartoma hipotalamus yang menskresikan hormone pelepas gonadotropin diketahui menyebabkan pubertsa prekoks. Diduga bahwa beberapa tumor kelenjar pituitaria dapat diakibatkan oleh stimulasi dengan hormon pelepas – hipotalamus dan pada keadaan lain.
a. Gigantisme dan Akromegali
Pada orang muda denga epifisis terbuka. Produksi GH yang berlebihan mengakibatkan gigantisme, pada orang – orang dengan epifisis tertutup, hasilnya adalah akromegali. Sering kali, beberapa gambaran akromegalik ditemukan bersama dengan gigantisme, bahkan pada anak dan remaja; setelah penutupan epifisis, gambaran akromegalik menjadi lebih menonjol.
Etiologi : gigantisme pituitary jarang terjadi. Penyebabnya paling sering adalah adenoma kelenjar pituitaria, tetapi gigantisme telah diamati pada anak laki – laki berusia 2,5 tahundengan tumor hipotalamus yang mungkin mensekresi GHRH tumor – tumor lain, terutama pada pankreas, telah menyebabkan akromegali dengan mensekresikan GHRH. Tumor – tumor lain, terutama pada pancreas, telah menyebabkan akromegali dengan mensekresikan sejumlah besar GHRH dengan akibat hiperlasia somatotrof; GHRH mula – mula disolasi dari dua tumor pancreas tersebut. Adenoma pensekresi GH yang dikait dengan sindrom McCune- Albright disebabkan oleh pengaktifan mutasi gena G5α
Manifestasi klinis : yang biasa terdiri dari pertumbuhan linier yang cepat, tanda – tanda wajah kasar, dan pembesaran kaki dan tangan. Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier. Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku. Pada kebanyakan kasus yang terekam, pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas, tetapi keadaan ini telah ditegakkan seawall masa bayi baru lahir pada seorang anak dan pada usia 21 bulan pada yang lain. Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih. Akromegali terutama terdiri dari pembesaran bagian distal tubuh, tetapi manifestasi pertumbuhan abnormal melibatkan semua bagian. Lingkaran tengkorak bertambah, hidung menjadi lebar, dan lidah sering membesar, dengan raut muka kasar. Mandibula tumbuh secara berlebihan, gigi menjadi renggang. Jari – jari dan ibu jari tumbuh terutama kekebalannya. Mungkin ada kifosis dorsal kelelahan dan kehabisan tenaga merupakan gejala awal. Kematangan seksual dapat terlambat atau dapat terjadi hipogonadisme. Tanda – tanda kenaikan tekanan intrakranium muncul kemudian; kehilangan penglihatan hanya dapat diperagakan dengan pemeriksaan yang teliti bidang penglihatan.
b. Pubertas Prekoks Tergantung Gonadotropin
Dahulu tidak ada factor penyebab pubertas prekoks yang ditemukan pada sekitar 80 – 90% anak perempuan dan 50% anak laki – laki. Sken tomografi komputasi (CT ) dan foto resonansi magnetik ( MRI ) menurunkan persentasi anak dengan prekositas seksual idiopatik. Keadaan tersebut terjadi setidaknya 10 kali lebih sering pada anak perempuan daripada pada anal laki – laki dan biasanya secara seporadis, meskipun beberapa kasus familial ( keturunan ).
Manifestasi klinik : perkembangan seksual dapat mulai pada usia berapa pun dan biasanya mengikuti urutan yang terjadi pada pubertas normal. Pada anak perempuan, tanda pertama adalah tumbuhnya payudara; rambut pubis dapat tumbuh secara bersamaan tetapi lebih sering tumbuh kemudian. Maturasi genitalia eksterna, tumbuhnya rambut aksila, dan mulainya maturasi mengikuti. Siklus menstruasi awal mungkin lebih tidak teratur daripada siklus pada pubertas normal. Siklus awal biasanya anovulatori, tetapi kehamilan telah dilaporkan seawall usia 5,5 tahun.
Pada anak laki – laki, pembesaran testes diikuti dengan pembesaran penis, tumbuhnya rambut pubis, dan jerawat. Ereksi biasa terjadi, dan emisi boktural dapat terjadi. Suara lebih dalam dan pertumbuhan linier dipercepat. Biopsi testes telah menunjukkan stimulasi semua elemen testes, dan spermatogenesis telah terlihat seawall usia 5 – 6 tahun.
Pada anak laki – laki dan anak perempuan yang terkena tinggi, berat, dan maturasi tulangnya elbih maju. Peningkatan kecepatan penulangan menyebabkan menutupnya epifisis awal dan perawakan akhir kurang daripada yang seharusnya tanpa penanganan, sekitar sepertiga anak perempuan dan bahkan sebagian yang lebih besar anak laki – laki mencapai tinggi dibawah persentil ke – 5 ketika dewasa. Perkembangan mental biasanya sejalan dengan usia kronologis. Perilaku emosional dan perubahan suasana hati tidak jarang terjadi, tetapi masalah psikologis yang serius sering terjadi.
Meskipun perjalanan klinis bervariasi, tiga pola utama perkembangan dapat diidentifikasi, setidaknya pada anak wanita. Kebanyakan anak wanita ( terutama mereka yang berusia kurang dari 6 tahun pada mulainya) memiliki prekositas seksual yang progesif cepat, di tandai dengan maturasi fisik dan tulang, menyebabkan kehilangan kemungkinan peninggian dipertahankan. Sebagian kecil anak perempuan mengalami kemunduran secara spontan atau pubertas prekoks sentral terhenti. Variasi pada perjalanan alamiah prekositas seksual ini menekankan perlunya pengamatan longitudinal pada mulainya perkembangan seksual, sebelum penanganan dipertimbangkan.
  1. Kelainan Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher (di bawah jakun). Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba. Namun bila membesar, kita dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang mengendalikan metabolisme tubuh. Hormon tiroid tersebut mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh dengan dua cara, yaitu:
•           merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
•           meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu elemen yang bisa diperoleh dari makanan dan air.Kelenjar tiroid akan menangkapyodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, sisa yodium di dalam hormon akan kembali ke kelenjar tiroid dan didaur ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.Tubuh memiliki mekanisme yang cukup rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid stimulating hormone (TSH). TSH merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa akan menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa akan mengeluarkan lebih banyak TSH.Hormon tiroid itu sendiri terdapat dalam dua bentuk, yaitu tiroksin (T4) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh. Tiroksin selanjutnya diubah di dalam hati dan organ lainnya menjadi bentuk yang aktif, yaitu tri-iodo tironin (T3). Perubahan tersebut menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon yang aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.Perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh itu sendiri. Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein tersebut. Dengan cara ini, tubuh akan mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolismenya tetap stabil.
Beberapa faktor yang harus bekerjasama dengan benar agar kelenjar tiroid bisa berfungsi secara normal, yaitu:
•           hipotalamus
•           kelenjar hipofisa
•           hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya)
beberapa kelainan yang menyerang kelenjar tiroid juga menyebabkan pembesaran kelenjar (keadaan ini disebut goiter atau gondok).gondok bisa timbul jika kelenjar tiroid kurang aktif (menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid) atau terlalu aktif (menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid).pembesaran kelenjar tiroid yang sudah ada sejak anak lahir disebut gondok kongenital sindroma pendred adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan bisu-tuli dan gondok kongenital.
  1. Hipotirodisme
Hipotiroidisme terjadi jika kelenjar tiroid tidak dapat memehuhi kebutuhan tubuh akan hormon tiroid.gejala pada anak-anak dan remaja berbeda dengan gejala pada dewasa.
pada bayi baru lahir, hipotiroidisme menyebabkan kretinisme (hipotiroidisme neonatorum), yang ditandai dengan:
- jaundice (sakit kuning).
- nafsu makan yang buruk.
- sembelit.
- suara menangis yang serak.
- hernia umbilikalis (penonjolan pada pusar).
-pertumbuhan tulang yang lambat.
jika tidak segera diobati, hipertiroidisme bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
hipotiroidisme pada masa kanak-kanak (hipotiroidisme juvenil) menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat, kadang menyebabkan tengan menjadi pendek. perkembangan gigi juga tertunda.hipertiroidisme pada masa remaja (hipertiroidisme adolesens) menyerupai hipertiroidisme pada dewasa dan bisa menyebabkan tertundanya masa pubertas.gejala lainnya adalah:.
-suara serak.
-berbicara lambat.
-kelopak mata turun.
-wajah bundar.
-rambut rontok.
- kulit kering.
- denyut nadi lambat.
-penambahan berat badan.
pada semua bayi baru lahir, kadar hormon tiroid dalam darah secara rutin diukur pada umur 2 hari.kepada bayi baru lahir yang menderita hipotiroidisme diberikan hormon tiroid untukmencegah kerusakan otak.kepada anak-anak dan remaja yang menderita hipotiroidisme juga diberikan hormon tiroid..
  1. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi karena kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
pada bayi baru lahir, penyebab dari hipertiroidisme yang paling sering ditemukan adalah penyakit graves neonatorum. penyakit ini bisa berakibat fatal dan bisa terjadi pada bayi yang ibunya menderita atau pernah menderita penyakit graves.penyakit graves adalah suatu penyakit autoimun dimana tubuh menghasilkan antibodi yang merangsang kelenjar tiroid.pada wanita hamil, antibodi ini bisa sampai ke janin dan merangsang kelenjar tiroid janin.penyakit graves pada ibu bisa menyebabkan lahir mati, keguguran atau kelahiran prematur.pada bayi baru lahir, gejala kelenjar tiroid yang terlalu aktif bisa timbul dalam waktu beberapa hari setelah lahir:.
-berat badan tidak bertambah
-denyut jantung yang cepat
-tekanan darah tinggi
-rewel atau gelisah
-muntah dan diare
Gondok bisa menekan saluran udara dan mengganggu proses bernafas.
kadar hormon tiroid yang tinggi bisa menyebabkan denyut jantung menjadi cepat yang selanjutnya dapat menyebabkan gagal jantung.seperti halnya pada dewasa, pada bayi baru lahir, mata juga menonjol.jika dilakukan pengobatan, pemulihan akan terjadi dalam beberapa minggu, tetapi bayi tetap memiliki resiko kekambuhan selama 6 bulan sampai 1 tahun.kadar antibodi perangsang tiroid yang tetap tinggi juga dapat menyebabkan penutupan dini ubun-ubun, keterbelakangan mental, hiperaktivitas pada masa kanak-kanak dan pertumbuhan yang lambat.hipertiroidisme diobati dengan obat propilthiouracyl, yang berfungsi menghambat pembentukan hormon tiroid.mungkin juga perlu dilakukan pengobatan terhadap gagal jantung.jika kadar tsh (thyroid-stimulating hormone) sangat tinggi, mungkin perlu dilakukan transfusi darah ganti (sejumlah darah bayi dibuang dan diganti dengan darah dari donor).
  1. Kelainan Kelenjar Paratiroid
Hormon Paratiroid
Dalam pemeriksaan, hormone paratiroid berfungsi mempertahankan konsentrasi ion Ca dalam plasma dan mengontrol ekskresi calsium dan fosfat
Peningkatan PTH menyebabkan
- Meningkatkan Ca serum dan menurunkan fosfat serum.
- Meningkatkan ekskresi dari P tetapi menurunkan ekskresi Ca
- Merangsang pelepasan Ca dari tulang
- Meningkatkan alkali fosfatase serum bila terjadi perubahan tulang
- Mengaktivkan vit D dalam ginjal (25-hydroxycalciferol menjadi 1,25 – dihydroxycholecalciferol)
PTH berupa molekul utuh yang dipecah dalam fragmen2 : frag terminal N (PTH-N), mid-mol (PTH-M) dan frag terminal C (PTH-C). PTH-N & PTH-M memiliki aktivitas biologic. PTH-C tidak sama dengan memiliki aktifitas biologik tapi memiliki T ½ yang lebih panjang, sering sebagai parameter laboratorium. Kontrol dari sekresi melalui mekanisme feedback negatif oleh ion Ca.
Kalsium dalam darah dalam bentuk: ion Ca2+ (50%); Ca terikat protein (40%); senyawa Ca dg sitrat, fosfat (10%).
ORGANPTHKALSITONINVIT D
TULANG
GINJAL
USUS
Mobilisasi Ca dan P
Reabsorbsi Ca dan P
Penyerapan Ca dan P
Mobilisasi Ca dan P
Reabsorbsi Ca dan P
-
Transport Ca2+
Reabsorbsi Ca
Penyerapan Ca dan P
  1. Hipoparatiroidisme
Kadar normal hormone paratiroid ( PTH ) rendah dalam darah tali pusat, ia mengikat dua kali pada hari ke-6 sampai mencapai kadar hampir seperti kadar bayi dan anak normal. Hipokalsemia adalah lazim sejak umur 12 – 72 jam, terutama pada bayi prematur, pada bayi dari ibu – ibu diabetes ( hipokalsemia neinatus lambat ). Peran yang dimainkan oleh paratiroid pada bayi hipokalsemia ini tetap harus dijelaskan, meskipun ketidakmatangan fungsional paratiroid pada bayi hipokalsemia ini tetap harus dijelaskan, meskipun ketidakmatangan fungsional paratiroid sering dianggap sebagai faktor patogenesis. Pada kelompok bayi penderita hipokalsemia idiopatik sementara ( umur 1 – 8 minggu) kadar PTH serum jauuh lebih rendah daripada pada bayi normal. Mungkin ketidakmatangan fungsional merupakan manifestasi dari keterlambatan perkembangan enzim yang mengubah bentuk PTH glandular menjadi PTH yang disekresikan.
  1. Pseudohipoparatiroidisme
Berbeda dengan keadaan hipoparatiroidisme idiopatik, pada sindrom ini kelenjar paratiroid normal atau secara histologis hiperplastis, dan dapat mensintesis dan memsekresikan hormone paratiroid ( PTH . Kadar PTH imunoreaktif serum meningkatkan ketika penderita mengalami hipokalsemia. PTH endogen atauyang diberikan tidak meningkatkan kadar kalsium serum atau menurunkan kadar fosfor. Defek genetik pada sistem siklase adenilat – reseptor hormone digolongkan kedalam berbagai tipe yang tergantung pada temuan – temuan fenotipik dan biokimia.
Tipe A . tipe ini penderita yang terkena menderita efek generatif subunit α protein pengikat – nukleotid perangsang guanine. Defek diwariskan sebagai ciri autosom dominan, dan sedikitnya transmisi dari ayah – ke – anak diduga karena menurunnya fertilitas pada laki – laki. Tetani sering merupakan tanda pada saat dating. Anal yang terkena memiliki bentuk tubuh pendek, gemuk, dan wajah bulat. Dan biasanya ada brakhidaktili dengan dekik dorsum tangan. Metakarpal kedua sedikitnya sering terlibat. Sebagai akibatnya, jari telunjuk kadang – kadang dapat lebih panjang daripada jari tengah. Demikian juga, metatarsal kedua sangat jarang terkena. Mungkin ada kelainan skeleton lain seperti falanges pendek dan lebar, melengkung, pembengkakan tulang, dan menebalnya kalvaria. Penderita ini sering memiliki endapan kalsium dan pembentukan tulang metaplastik secara subkutan. Tingkat retardasi mental sedang, klasifikasi ganglia basalis, dan katarak lensa adalah lazim pada penderita yang terlambat didiagnosis.
Tipe IA dengan pubertas prekoks. Dua anak laki – laki dengan PHP tipe IA dilaporkan memiliki pubertas prekoks tidak tergantung – gonadotropin. Mereka memiliki mutasi Gsα tunggal yang memerankan potein G sensitive suhu testes yang lebih dingin ( 33 0 C ), Gsα menyebabkan aktivasi utama reseptor hormon luteinasi dan pubertas prekoks.
Tipe IB. Penderita yang terkena memiliki kadar aktivitas protein – G dan penampakan fenotip normal. Penderita ini resisten terhadap PTH tetapi tidak terhadap hormone lain. Kadar kalsium serum, fosfor, dan PTH imunoreaktif sama seperti kadar pada penderita dengan PTH tipe IA; namun, PTH bioaktif tidak meningkat. Patofisiologi gangguan pada kelompok penderita ini belum jelas. Penjelasan yang diusulkan meliputi produksi hormone yang secara biologis kurnga sempurna, adanya peptide PTH penghambat, dan defek pada reseptor PTH atau pada subunit adenil siklase katalitis. Mungkin penyebab kelianan pada kelompok ini adalah heterogen.
Tipe II. Tipe ini telah dideteksi pada hanya sebagian kecil penderita dan berbeda dari tipe I dalam hal ekskresi cAMP urin yang meningkat baik pada status basal maupun sesudah stimulasi denga PTH, tetapi fosfaturia tidak meningkat. Tampak bahwa cAMP aktivasi secara normal diaktifkan, tetapi sel tidak mampu berespons pada isyaratnya.
  1. Hiperparatiroidisme
Produksi hormone paratiroid yang berlebihan dapat berasal dari defek primer kelenjar paratiroid seperti adenoma atau hyperplasia ( hiperparatiroidisme primer). Lebih sering, peningkatan produksi PTH bersifat kompensasi, biasanya ditujukan untuk memperbaiki keadaan hipokalsemia karena berbagai sebab ( hiperparatiroidisme sekunder ).
Hiperparatiroidisme primer jarang terjadi pada anak. Bila mulainya terjadi pada neonatus, kelainan ini selalu disebabkan oleh hyperplasia menyeluruh pada kelenjar paratiroid, tetapi yang mulai selama anak biasanya akaibat dari adenoma benigna tunggal.
Hiperparatiroidisme neonatus primer telah dilaporkan pada kurang dari 50 bayi. Gejala – gejala berkembang segera setelah lahir dan terdiri dar anoreksia, iritabilitas, letargi, konstipasi, dan gagal tumbuh. Rontgenogram menunjukkan resorpsi tulang periosteum, osteoporosis, dan fraktur patologis. Gejala – gejala mungkin ringan, sembuh tanpa pengobatan, atau mengalami perjalanan yang mematikan dengan cepat jika diagnosis dan pengobatan ditangguhkan. Secara histologis, kelenjar paratiroid terdiri dari hyperplasia difus. Banyak bayi yang terkena berada pada keluarga dengan tanda – tanda klinis dan biokimia hiperkalsemia hipokalsiurik familial ( bayi – bayi ini adalah homozigot untuk mutasi pada gena reseptor pengindra – Ca 2+ seseorang dengan satu kopi mutasi ini menunjukkan hiperkalsemia hipokalsiurik familial autosom dominant.
Hiperparatiroidisme masa anak biasanya menjadi nampak setelah berusia 10 tahun dan paling sering disebabkan oleh adenoma tunggal. Ada banyak keluarga yang tiga atau lebih anggotanya menderita hiperparatiroidisme. Pada kasus hiperparatiroidisme autosom dominant demikian, kebanyakan dari anggota keluarga yang terkena adalah orang dewasa, tetapi anak yang terlibat pada sekitar sepertiga turunannya ( pedigree). Beberapa penderita yang terkena dalam keluarga ini tidak bergejala dan hanya terdeteksi dengan penelitian yang cermat. Pada beberapa keluarga, hiperparatiroidisme juga terjadi sebagai bagian dari susunan yang dikenal sebagai sindrom neoplasia endokrin multiple ( NEM ).
Hiperparatiroidisme neonatus sementara telah terjadi pada sebagian kecil bayi yang lahir dari ibu dengan hipoparatiroidisme ( idiopatik atau bedah ) atau dengan pseudohipoparatiroidisme. Pada setiap kasus, penyakit ibu ini belum terdiagnosis atau diobati secara tidak cukup selam kaehamilan. Penyebab keadaan ini adalah pemjanan intrauteri kronis terhadap hipokalsemia dengan akibat hyperplasia kelenjar paratiroid janin. Pada bayi baru lahir, manifestasinya melibatkan terutama tulang dan penyembuhan terjadi antara 4 dan 7 bulan.
Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com

Askep Diabetes Mellitus Complete


ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS



A.   Konsep Dasar Diabetes Melitus

1.      Definisi
Diabetes Mellitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya  insulin di dalam tubuh. Gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000 ).
Gangren adalah proses atau keadaan  yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).
2.      Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar  5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa  dan beratnya rata – rata 6090 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan  embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
(1). Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
(2). Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 13 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang besarnya 100225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 12 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
(1). Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 2040 % ; memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
(2). Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 6080 % , membuat insulin.
(3). Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 515 %, membuat somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang  normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh  dua jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 47 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.


Etiologi
a.       Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1.      Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2.      Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.      Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4.      Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b.      Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, Metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen :  a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1.    Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 3001200 mg/dl.
2.    Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3.    Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat  menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama  akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1.    Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal  melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.


2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya  aliran darah  ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka  penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0       : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I       : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II      : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III     : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV    : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V      : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua golongan :
1.      Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :  
-   Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
-   Pada perabaan terasa dingin.
-   Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
-   Didapatkan ulkus sampai gangren.
2.      Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
B.   Asuhan keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik hendaknya dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga  orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah  kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a.       Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,  kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan   fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1.      Anamnese
a.       Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.      Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c.       Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d.      Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e.       Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f.       Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b.      Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c.       Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d.      Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e.       Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f.       Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g.      Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h.      Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i.        Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3.      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a.       Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b.      Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).
c.       Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.



b.    Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
1.      Kebutuhan dasar atau fisiologis
2.      Kebutuhan rasa aman
3.      Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4.      Kebutuhan harga diri
5.      Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa  keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan  tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
1.    Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah  ke daerah gangren akibat adanya  obstruksi pembuluh darah.
2.    Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3.    Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4.    Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.    Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6.    Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
7.    Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8.    Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9.    Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10.  Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3.      Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
a.    Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi  perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
                         - Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
                         - Kulit sekitar luka teraba hangat.
                         - Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
                         - Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1.      Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2.      Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah  :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah  dari jantung  ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3.      Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya  vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
b.      Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :               1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1.      Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
c.       Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :  1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 3637,5 0C, N: 6080 x /menit, T : 100130 mmHg, RR : 1820 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.    Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.      Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.    Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5.      Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.      Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional :  massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien. 
d.      Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :  1.  Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.      Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat  kekuatan otot-otot  kaki pasien.
2.      Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3.      Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4.      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
e.       Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :    1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.      Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.      Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4.      Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan. 
5.      Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
f.       Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :  1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 3637,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1.      Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2.      Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3.      Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional  : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4.      Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.

g.    Diagnosa no. 7
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :  1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1.    Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.    Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.    Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.    Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.     Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.     Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara   bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.    Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
h.      Diagnosa no. 8
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.      Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.      Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.      Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.      Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada / memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.



i.      Diagnosa no. 9
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil : -  Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah diri.
-  Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1.    Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien terhadap dirinya.
2.    Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan pasien.
3.    Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4.    Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5.    Beri kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang normal.
6.    Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
j.        Diagnosa no.10
Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 3040 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1.      Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.      Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.      Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik  relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.      Kaji tanda-tanda kurangnya  pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.

Related Posts Plugin for 
WordPress, Blogger...