Saturday, September 28, 2013

Kiat-Kiat Menuntut Ilmu



Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam kepada Rasulullah , keluarga dan sahabatnya, amma ba’du.
Manusia lebih mulia dari pada makhluk lain karena akal. Dengan akal, manusia dapat bepikir untuk merenungi kebesaran-kebesaran Allah. Dengan akal, manusia dapat mencari ilmu untuk bekal di dunia dan akhirat nanti. Karena segala sesuatu yang manusia lakukan haruslah dengan ilmu. Al’ilmu qablal qauli wal ‘amali (ilmu sebelum perkataan dan perbuatan).
Ada beberapa keutamaan menuntut ilmu, salah satunya yaitu Allah akan memudahkan jalannya menuju surga.
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Mungkin terbesit dalam benak kita, bagaimana cara seseorang mendapat ilmu?
Berikut ini adalah kiat-kiat mencari ilmu, agar ilmu yang di dapat diberkahi Allah
Seorang yang menuntut ilmu harus mengikhlaskan niat karena Allah.
Ilmu adalah landasan yang sangat penting. Hukum syari’at dibangun di atas ilmu. Ilmu tidak diberkahi Allah jika dalam menuntut ilmu tersebut tidak diniatkan untuk meraih ridha Allah. Barangsiapa yang menuntut ilmu tanpa mengharap wajah Allah maka dia terncam tidak akan masuk surga. Barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin derajatanya tinggi di hadapan manusia tanpa mengharap wajah Allah, maka terancam dicampakkan ke dalam neraka. Wal iyadzu billah
Hendaknya kita senantiasa bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam menuntut ilmu dengan meluruskan niat, mengikhlaskan karena Allah. Apa batasan orang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut ilmu? Imam Ahmad menjelaskan bahwa batasan seseorang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut ilmu yaitu niat dalam dirinya untuk menghilangkan kejahilan yang ada pada dirinya. Setelah kejahilan/kebodohan hilang dari dirinya, dia berusaha menghilangkan kejahilan orang lain.
Insyaallah dengan niat seperti itu, Allah akan memberi taufiq untuk ikhlas dalam menuntut ilmu.
Seorang harus menjauhi kemaksiatan.
Ilmu adalah cahaya dan cahaya tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat. Karena maksiat adalah kegelapan, orang yang bermaksiat berarti memadamkan cahaya ilmu dalam dirinya. Kita bisa mengamil pelajaran dari kisah Imam Syafi’i yang sudah hafal al qur’an sebelum baligh, hafal ribuan hadits, ketika dia melihat anak laki-laki yang tampan dengan pandangan tidak biasa hafalannya ada yang hilang karenanya.
Barangasiapa yang ilmunya ingin diberkahi Allah maka jauhilah maksiat. Karena maksiat merupakan penghalang antara kita dengan Allah. Maksiat adalah penghalang antara kita dengan ilmu.
Imam As-Syafii menyampaikan nasihat kepada muridnya. “Akhi, kalian tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara ini, akan aku kabarkan kepadamu secara terperinci yaitu dzakaa-un (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihaadun (cita-cita yang tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul ustadzi (duduk dalam majelis bersama ustadz), tuuluzzamani (waktu yang panjang).”
Berikut keterangan masing-masing:
Dzakaa-un (keceerdasan). Ulama membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: yang pertama, muhibatun minallah (kecerdasan yang diberikan oleh Allah). Seseorang meskipun dalam majelis tidak mencatat tetapi dia bisa mengingat dan menghafalnya dengan baik dan bisa menyampaikan kepada orang lain dengan baik. Jenis kecerdasan ini harus diasah agar dapat bermanfaat lebih banyak untuk dirinya dan orang lain. Yang kedua adalah kecerdasan yang didapat dengan usaha (muktasab) misalnya dengan cara mencatat, mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dll.
Hirsun yaitu perhatian dan semangat dengan apa yang disampaikan gurunya. Sekaligus berupaya mengulang pelajarannya.
Ijtihaadun. Ulama menafsirkan ijtihaadun adalah al himmatul ‘aliyah yaitu semangat atau cita-cita yang tinggi. Seseorang hendaknya memaksa diri untuk mencari ilmu dengan semangat mewujudkan cita-cita demi agamanya.
Bulghatun/dzat/bekal. Dalam menuntut ilmu tentu butuh bekal, tidak mungkin menuntut ilmu tanpa bekal. Contoh para imam, Imam Malik menjual salah satu kayu penopang atap rumahnya untuk menuntut ilmu. Imam Ahmad melakukan perjalanan jauh ke berbagai negara untuk mencari ilmu. Beliau janji kepada Imam Syafi’i untuk bertemu di Mesir akan tetapi beliau tidak bisa ke Mesir karena tidak ada bekal. Seseorang untuk mendapat ilmu harus berkorban waktu, harta bahkan terkadang nyawa.
Mulazamatul ustadzi. Seseorang harus duduk dalam majelis ilmu bersama ustadz. Tidak menjadikan buku sebagai satu-satunya guru. Dalam mempelajari sebuah buku kita mmbutuhkan bimbingan guru. Hendaknya menggabungkan antara bermajelis ilmu dengan guru, juga banyak membaca buku.
Tuuluz-zamani, dalam menuntut ilmu butuh waktu yang lama. Tidak mungkin didapatkan seorang da’i/ulama hanya karena daurah beberapa bulan saja.Al-Baihaqi berkata:”Ilmu tidak akan mungkin didapatkan kecuali dengan kita meluangkan waktu”
Al Qadhi iyadh ditanya: sampai kapan seseorang harus menuntut ilmu? Beliau menjawab: ”Sampai ia meninggal dan ikut tertuang tempat tintanya ke liang kubur.”
***
Faidah kajian ustadz Abu Yasir @mushola teknogi fakultas Teknik UGM
Dan beberapa kutipan dalam buku Bekal bagi Penuntut Ilu karya ‘Abdullah bin Shalfiq adh Dhafiri
Penyusun: Khusnul Rofiana
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
- See more at: http://muslimah.or.id/manhaj/kiat-kiat-menuntut-ilmu.html#sthash.1zoQBU7e.dpuf

Thursday, September 19, 2013

Mencatat


“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”
(HR. Muslim No.2699)

Menempuh jalan menuntut ilmu memiliki 2 makna (Ibnu Rajab rahimahullah) :
• Secara hakekat, yaitu melangkahkan kaki untuk menghadiri majelis ilmu.
• Menempuh berbagai cara yang mengantarkan menuju ilmu seperti menulis, menghafal, mempelajari, mengulangi, memahami, dsb.

Menghimpun fawaid (faedah) adalah salah satu cara menimba ilmu.

Al-Fawaid ⇨ setiap yang engkau dapatkan berupa ilmu, harta, dan sebagainya.

Al-Fawaid dalam pengertian para penulis kitab ⇨ sebuah kitab yang menghimpun beberapa masalah yang beraneka macam mutiara ilmu & hal-hal penting yang diperoleh selama perjalanan panjangnya bersama ilmu, ulama, kitab, fakta, dan sebagainya yang tidak hanya terbatas pada satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup banyak bidang ilmu.

Manfaat menghimpun Al-Fawaid:
• Menjaga & mengikat ilmu.
• Menambah khazanah ilmu pengetahuan.
• Barang simpanan di masa tua.

Menjaga & mengikat ilmu:
• Tulisan sangat penting untuk menjaga ilmu, lebih meresap dalam hapalan, memudahkan kita untuk membaca ulang terutama apabila dibutuhkan, bisa dibawa kesana kemari, dsb.
• Nasehat Sya’bi ⇨ “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekalipun di tembok”
• Imam Syafi’i:
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya.
Ikatlah buruannya dengan tali yang kuat.
Termasuk kebodohan kalau engkau mem-buru kijang.
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.

Menambah khazanah ilmu pengetahuan:
• Banyak di antara kita yang telah lama menghadiri majelis taklim, banyak membaca buku atau majalah, tetapi dia merasa bahwa dia tidak memiliki kekuatan ilmu, padahal seandainya dia mau rajin mencatat dalah sebuah dasar khusus, menyusunnya, lalu sering membacanya berulang-ulang ⇨ bahan akan terkumpul banyak ⇨ bisa diolah untuk kajian, tulisan, cerita, dsb.

Barang simpanan di masa tua:
• Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid rahimahullah berkata: “Di antara faedah menghimpun fawaid yang paling berharga adalah ketika di saat lanjut usia dan badan telah lemah, dia akan memiliki bahan materi yang dapat dia nukil tanpa susah payah harus mencari-cari lagi”

Jangan Meremehkan Faedah!!!
• Jangan menganggap sepele sebuah faedah ⇨ jika dikumpulkan bisa jadi banyak.
• Betapa banyak di antara kita yang kecewa dan mengeluh karena dia tidak mencatat ilmu yang dia peroleh atau berpedoman pada hapalannya, tetapi hapalan pun pudar tidak dapat membantunya.

Jangan sembunyikan faedah.
• Barokah ilmu akan didapat jika kita menyebarkan ilmu yang orang lain tidak tahu sehingga mereka akan mendapatkan faedah.
• Keluarkanlah faedahmu dengan segera, semoga Allah melipatgandakan pahala bagimu.

Sandarkan kepada ahlinya
• Apabila ada seorang yang memberikan faedah kepadamu. Berupa ilmu maka banyaklah berterimakasih kepadanya selama-lamanya. Katakanlah: Semoga Allah membalas si fulan dengan kebaikan karena dia telah memberiku faedah, tinggalkan kesombongan dan kedengkian.
• Hargailah jasa orang lain padamu, semoga Allah memberkahi ilmumu.

Jangan lupa muraja’ah
Ilmu apabila tidak sering-sering diulang-ulang maka lambat laun akan pudar dari ingatan.

Related Posts Plugin for 
WordPress, Blogger...