Tuesday, July 31, 2012

DR. Moh. Sholeh dan Buku Terapi Salat Tahajud

Buku karya DR. Mohammad Sholeh ini salah satu yang saya anggap sebagai buku referensi, perlu dibuka lagi untuk memperoleh insipirasi baru, sekalipun tampilannya mungil dan cocok sebagai buku saku. Ketika diterbitkan tahun 2006, segera saja buku ini menjadi booming dan hal itu menarik perhatian istri saya untuk memiliki bukunya (sementara saat itu saya masih lebih suka mengoleksi buku tentang sejarah Islam dan Al-Qur’an). Namun demikian, segera saja istri saya meletakkan buku itu di lemari dan tidak pernah menyentuhnya lagi. Kenapa? Ternyata buku kecil itu jauh lebih berat daripada penampilannya, karena merupakan bentuk populer dari desertasi doktoral sang pengarang.

Sebelum memasuki muatan buku, profil DR. Moh. Sholeh sendiri sudah sangat menarik. Beliau bukan dokter atau psikolog, bahkan menyelesaikan kuliah S-1 di Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang. Gelar Masternya adalah pendidikan dari IKIP Malang. Gelar doktor beliau diraih di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, yang merupakan barometer pendidikan kedokteran di Indonesia Timur, di bidang imunologi. Tahun 2004, beliau dikukuhkan sebagai guru besar Psikologi Islam. Hingga sekarang beliau adalah dosen di IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Siapapun yang pernah mengenyam pendidikan tinggi pasti akan terkagum-kagum dengan kemampuan beliau menempuh pendidikan lintas disiplin ilmu, seperti mengingatkan kita pada kecerdasan kaum intelektual masa renaissance seperti Leonardo Da Vinci. Da Vinci terkenal dengan lukisan Monalisanya, tetapi juga seorang engineer dan inventor, sementara itu ia juga diketahui sebagai filsuf religius. Menurut Abu Sangkan, yang menulis pengantar buku ini, kondisi ini dibentuk oleh penguasaan Prof.DR. Moh. Sholeh pada Al-Qur’an.

Menurut Abu Sangkan dalam pengantarnya dalam buku Terapi Salat tahajud ini, orang seperti Moh. Sholeh inilah yang dirindukan oleh dunia Islam, karena mampu menterjemahkan firman Allah menjadi temuan sains yang menakjubkan. Baginya, figur Moh. Sholeh dianggap telah menemukan nurun ‘ala nurin (cahaya maha cahaya) di dalam kandungan Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan lagi sekedar dimuati ayat-ayat maha indah dan menggugah rasa ketika dilantunkan, namun juga sarat dengan sumber pengetahuan yang perlu dikaji dan dikupas.

Al-Qur’an sebenarnya mengharapkan dan meminta kita untuk setidaknya 6 hal:

    Iqra’ (bacalah)
    wa-sma’u (dan simaklah)
    afala tatafakkarun (lalu pikirkanlah)
    afala tubshirun (lalu perhatikanlah)
    afala tandhurun (lalu telitilah)
    afala tatadabbarun (lalu ungkapkanlah)

Prof.DR. Moh. Sholeh telah melakukan semuanya hingga beliau menemukan hubungan antara shalat tahajud dengan kesehatan. Al-Qur’an menyebut orang seperti beliau ini Ulul Albab, yaitu orang yang mengingat Allah sabil berdiri, duduk, atau dalam keadaan ebrbaring lalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (Ali Imran 190-191).

Kita tidak pernah mengenal nama besar ilmuwan ini sebelumnya, dan hingga sekarang pun saya yakin banyak yang tidak mengenal benar sosoknya yang rendah hati. Beliau bukan selebritis yang mencoba mencari penghargaan dari sesama manusia, namun berlian yang yang berada di tengah masyarakat dan menjadi mercusuar bagi orang lain. Selain aktif sebagai dosen, beliau juga merupakan terapis psikoneuroimunologi di Surabaya (Masjid Al-Akbar).

Related Posts Plugin for 
WordPress, Blogger...