Wednesday, April 11, 2012

Antara Iman dan Malu

Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman

(HR. Bukhari Muslim)

Agama Islam adalah agama yang mengatur seluruh sistem kehidupan, baik iu berkaitan dengan keyakinan, penyembahan, ibadah ritual, adab, serta akhlak kemanusiahaan. Malahan inti daripada keimanan dan sikap keagamaan. Firman ALLAH SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 53;

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَدۡخُلُواْ بُيُوتَ ٱلنَّبِىِّ إِلَّآ أَن يُؤۡذَنَ لَكُمۡ إِلَىٰ طَعَامٍ غَيۡرَ نَـٰظِرِينَ إِنَٮٰهُ وَلَـٰكِنۡ إِذَا دُعِيتُمۡ فَٱدۡخُلُواْ فَإِذَا طَعِمۡتُمۡ فَٱنتَشِرُواْ وَلَا مُسۡتَـٔۡنِسِينَ لِحَدِيثٍۚ إِنَّ ذَٲلِكُمۡ ڪَانَ يُؤۡذِى ٱلنَّبِىَّ فَيَسۡتَحۡىِۦ مِنڪُمۡۖ وَٱللَّهُ لَا يَسۡتَحۡىِۦ مِنَ ٱلۡحَقِّۚ وَإِذَا سَأَلۡتُمُوهُنَّ مَتَـٰعً۬ا فَسۡـَٔلُوهُنَّ مِن وَرَآءِ حِجَابٍ۬ۚ ذَٲلِڪُمۡ أَطۡهَرُ لِقُلُوبِكُمۡ وَقُلُوبِهِنَّۚ وَمَا كَانَ لَڪُمۡ أَن تُؤۡذُواْ رَسُولَ ٱللَّهِ وَلَآ أَن تَنكِحُوٓاْ أَزۡوَٲجَهُ ۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦۤ أَبَدًاۚ إِنَّ ذَٲلِكُمۡ ڪَانَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumahNabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu di undang maka masuklah dan bila kamu selesai makan,  keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruh kamu keluar), dan ALLAH tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir, cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak pula mengawini istri-istrinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi ALLAH.“

Dalam ayat ini iman dihubungkan dengan adab memasuki rumah dengan meminta izin, dan juga menjaga perasaan Rasulullah. Rasulullah sebagai manusia sempurna memiliki perasaan malu yang sangat besar, sehingga beliau tidakdapat menegur tamu yang terus mengobrol, sehingga ALLAH memberikan teguran dengan turunnya ayat di atas.

Rasulullah sangat mementingkan agar umatnya memiliki rasa malu dalam kehidupan, Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Ibnu Umar r.a. “Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.” (hadist ini juga diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah).

Sikap malu kepada sesuatu yang tidak baik itu merupakan kunci kebaikan dalam masyarakat, sehingga menurut hadist dari Umar ibn Husain r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda; “Malu itu akan mendatangkan kebaikan.” (HR Bukhari dan Muslim), dan daalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwa “malu itu adalah kebaikan seluruhnya.“

Dari Qurah bin Ilyas r.s. berkata bahwa kami bersama Nabi, ada yang mengingatkan tentang malu, mereka berkata: Ya Rasulullah malu itu bagian dari agama, maka Rasulullah SAW bersabda; “Bahkan malu itu adalah agama seluruhnya“, kemudian Rasulullah SAW melanjutkan “Sesungguhnya malu, wara’, sedikit berbicara, adalah bagian dari iman dan itu semua akan menambahkan kehidupan akhirat dan mengurangkan kehidupan dunia dan yang ditambahkan kepada akhirat itu lebih banyak dari pada yang dikurangkan di dunia. Dan pelit, lemah, dan kasar bagian dari sifat munafik dan itu menambah dunia dan mangurangkan akhirat dan apa yang dikurangkan di dunia lebih daripada apa apa yang ditambahnkan di akhirat.”(HR: Thabrani).

Sikap malu dari perbuatan buruk dan keji juga merupakan inti dari ajaran agama Islam, dan akhlak utama dalam Islam adalah malu, sebagai mana dinyatakan oleh hadist dari Zaid bin Talhah bin Rukanah; Rasulullah bersabda; “Sesungguhnya setiap agama aitu mempunyai akhlak, dan akhlak Islam adalah MALU” (HR: Malik dan Ibnu Majah).

Oleh sebab itu jika rasa malu sudah tidak dimiliki oleh seorang muslim. berarti ALLAH telah mencabut keimanan dalam hatinya, sabda Rasulullah SAW; “Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila hendak menghancurkan seorang hamba maka Dia mencabut rasa malu, dan apa bila rasa malu telah dicabut, maka dia akan dibenci orang, dan apa bila dia dibenci maka akan dicabit darinya sifat amanah, dan apa bila amanah telah dicabut, maka engkau akan berkhianat, dan dicabut darinya rasa kasih sayang, dan apabila kasih sayang telah dicabut, maka engkau akan melihatnya menjadi orang yang terkutuk, dan apa bila engkau melihatnya terkutuk, maka lepaslah tali Islam dari pegangannya.“(HR: Ibnu Majah).

Semoga kita dapat melihat sejauh mana rasa malu masih ada dalam diri kita, dan dalam masyarakat kita. Karena selama ini, banyak pemimpin  yang tidak malu membohongi rakyatnya, banyak yang tidak malu bermaksiat, banyak yang tidak malu jika auratnya terlihat oleh orang yang bukan muhrimnya, banyak pegawai yang tidak malu berbuat korupsi, dan lain sebagainya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa, karena degradasi malu itulah penyebab segala krisis yang terjadi selama ini.

Dan Insya ALLAH kita masih dalam golongan orang-orang yang menjaga malu dalam hidup dan kehidupan. Amiin Ya Rabbal ‘alamiin.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for 
WordPress, Blogger...