Wednesday, April 11, 2012

Pandangan saya tentang dejavu

21 April 2008

manusia pada dasarnya diberikan Allah pendengaran, penglihatan dan hati (lihat QS. 46. Al Ahqaaf: 26).

Kata Kalbu (Qolb) memiliki banyak sinonim yaitu roh, rohani, jiwa, diri, hati (Qolb). Kalbu adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecenderungan kepada sifat-sifat Allah. Wujud dari kalbu secara riil pada jasmani adalah dalam bentuk sifat/akhlak atau perilaku manusia yang baik sesuai pandangan Al-Quran. Di dalam Al-Quran sekitar 11 ayat menjelaskan tentang ruh; jiwa 36 ayat; hati sekitar 267 ayat dan hati lebih cenderung pada kata Qolb; nyawa sekitar 12 ayat dan tentang diri lebih dari 400 ayat.

hati merupakan pusat kecerdasan, dalam hati juga pada hakikatnya pengetahuan2 itu berada.

apa yang kita dengar, kita lihat, kita lakukan, semuanya terekam dalam otak. bila dipandang dari sisi kejiwaan, sebenarnya semua pengetahuan tersebut disimpan oleh hati (jiwa) sampai dibawa ke akhirat sana.

berkaitan dengan dejavu, atau sesuatu yang “pernah kita alami sebelumnya”, menurut saya itu adalah hasil kerja otak yang mengolah informasi-informasi yang tersimpan di dalamnya (otak dan hati menurut saya mempunyai hubungan yang amat erat, atau bisa dikatakan pula otak merupakan representasi dari hati, ada penelitian yang menyatakan –saya lupa sumbernya– bahwa ‘perasaan’ merupakan aktifitas dari otak, karena ada aktifitas otak tertentu ketika manusia memainkan perasaannya.)

dalam ajaran islam, hati itu telah diberikan pengetahuan oleh Allah, sejak dahulu kala, sejak kita baru diciptakan di alam ruh. (lihat QS. 75. Al Qiyaamah: 14)
dari dulu, bahkan dari kita dalam kandungan, kita menerima berbagai informasi, ketika kecil kita pun menerima berbagai informasi hingga saat ini pun kita menerima berbagai informasi.

saya mengambil kesimpulan bahwa dejavu adalah hasil kerja otak yang mengolah informasi-informasi dari otak (jiwa), yang mengkombinasikannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi yang (hampir) mirip dengan yang kita rasakan sekarang.

contohnya coba anda mengulang2 melalui suatu jalan yang sama selama satu tahun. kemudian, anda “lupakan” selama 5 tahun, lalu tahun ke 6 anda melalui kembali jalan tersebut. apakah anda akan merasakan “dejavu”??

namun kesimpulan tersebut bukanlah berarti kebenaran mutlak, masih ada (mungkin) kebenaran yang lebih benar.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for 
WordPress, Blogger...